Predator Himpunan

Breaking News

6/recent/ticker-posts

Predator Himpunan



HMIACEHTIMUR.COM | Opini - Pada saat ini, saya sama sekali tidak bermaksud untuk julid, tapi menurut saya hal ini sangat perlu dan penting untuk dibahas dan ditindaklanjuti berupa dengan tindakan. Menjadi kader Hmi bukanlah perkara mudah, secara sadar atau tidak sadar kita dituntut untuk jauh lebih baik dari sebelum menjadi kader Hmi dalam hal apapun dan tentunya dikembalikan lagi keindividu masing-masing. Mau apa tidak. Itulah mengapa saya sama sekali tidak pernah meragukan kualitas yang dimiliki oleh kader Hmi. 

Hal ini bisa kita bisa lihat dengan sepak terjang Hmi selama ini, terkhusus Hmi Secabang Jambi. Salah satu contohnya adalah, pola perkaderan yang hingga kini masih sangat baik dan terstruktur, dan tidak sedikit kader hmi yang dapat menyumbangkan dan menawarkan sebuah konsep atau gagasan yang dapat dijadikan kerangka berpikir dan dijadikan acuan untuk bertindak, serta tak lupa begitu lihainya lobi-lobian politik secara langsung yang menurut saya hal ini sangat berguna untuk keberlangsungan kehidupan.


Tentu, hal tersebut sangatlah baik. Namun saya tidak ingin membahas hal tersebut secara spesifik, saya berpandangan bahwa ada satu sisi yang menurut saya dapat merusak kesucian himpunan yaitu soal rusaknya sisi kemanusiaan. Bukan tanpa sebab, melainkan begitu banyaknya para predator berkeliaran di himpuanan ini yang mengincar Hmi Wati dengan berbangga diri, seolah-olah apa yang dilakukan merupakan pencapaian prestasi, rasa ego yang dimiliki oleh seorang kader akan kehebatannya nyatanya mampu menutup mata dan membuka imajinasi liar dan tentunya bersiap-siap untuk diaplikasikan. 


Kelihaian berbicara keislaman, perpolitikan dengan retorika yang meyakinkan nyatanya mampu mengait tubuh gadis-gadis lugu menjadi budak nafsu birahi yang dikemas kedalam romantisme asmaranisasi. 


Saya tidak berbicara asal, setelah cukup lama berkecimpung di himpunan ini, saya sudah cukup banyak melihat perilaku-perilaku norak, menjijikan yang dilakukan para predator yang pada kasus ini Hmi Wati rentan menjadi korban. Para predator tersebut adalah oknum, ya benar. Saya tidak membahas himpunannya, melainkan oknum predator tersebut yang kebetulan berada di himpunan ini.


Saya ingin memberikan satu contoh, pada saat melaksanakan LK 1 saja, para biawak (predator) ini sudah siap-siap untuk menjulurkan lidahnya mencari target gadis bening mana lagi yang bisa dirayu, dibodohi, dimanipulasi, atas nama "menyambung kaderisasi" lalu dilanjutkan dengan meminta nomor Whatssap, IG, atau akun sosmed lainnya. Kasihan, pasca dari forum terhormat para kader yang baru saja menjadi kader yang masih bersih, putih langsung disetubuhi didalam kelambu perkaderan. 


Rayuan demi rayuan terus digencarkan, jika ada yang mengatakan hal ini tidak berbahaya maka saya mempertanyakan status kadernya. Dan jika ada yang bertanya apakah salah menyukai perempuan disatu himpunan jawabannya tentu tidak salah, tapi dekatilah dengan etika yang baik dengan cara-cara yang terhormat dan hanya pada satu perempuan.


Dan yang lebih miris adalah saya berulang kali sering mendengar ketika para biawak-biawak tersebut berkumpul mereka cendrung mengeluarkan celoteh-celoteh yang tidak senonoh yang ditujukan kepada Hmi Wati seperti "Si A tuh cantik, jatah aku" atau "kalau lihat perempuan dengan pakaian terbuka udah biasa, tapi kalau tertutup jadi penasaran" atau kalimat-kalimat melecehkan lainnya.


Jangan pikir kerjanya predator itu hanya seperti menyetubuhi, memperkosa saja, namun menjerat Hmi wati masuk kedalam imajinasi liarmu dan dijadikan ajang kepongahan dan kesombongan termasuk kedalam kerja predator.


Lalu para bedebah ini beralasan kalau sedang bercanda. Ketika membicarakan bagian tubuh dari perempuan, ukuran payudaranya lah, besar pinggulnya, lemah gemulai jarinya, sadar tidak kalau perbuatan tersebut merupakan seksual verbal. Ya meskipun bersifat non fisik namun sering disepelekan, bahkan dianggap bercanda. Tapi tetap saja pelaku pelecehan verbal tetap merupakan tindakan pelecehan seksual. Saya rasa hal ini adalah pengetahuan yang mendasar, yang mana tidak perlu begitu banyak teori-teori atau semacamnya untuk mengetahui ini. Sebagai manusia harusnya mampu membedakan mana yang pantas dan mana yang tidak pantas. Apalagi sebagai kader HmI, seharusnya mampu menciptakan ruang yang aman. 


Sudah beberapa orang Hmi Wati menceritakan kepada saya bagaimana perilaku-perilaku biawak yang arogan telah mampu berhasil merusak kepercayaannya, baik itu kepercayaan terhadap dirinya maupun kepercayaan terhadap himpunannya.  


Masih mau bilang kalau hal seperti ini tidak berbahaya? Masih mau bilang kalau kedekatan-kedekatan yang dibangun tanpa batasan tertentu merupakan cara membangun sisi emosional? 


Kader Hmi yang dikenal dengan simbol Intelektualnya, dengan kematangan berpikir, sadar akan hak dirinya dan hak orang lain, berwawasan luas, membela kebenaran tidak ada artinya jika genit sana genit sini yang justru menodai simbol tersebut. 


Untuk Hmi wati, pertajam kembali kewaspadaan. Jangan terlena dengan kelihaian bicaranya, jangan mau ditelanjangi dengan imajinasinya. Dan harapan saya Hmi wati mampu mengembalikan eksistensi hmi wati kedalam tubuh himpunan sebagai penyempurna gerbang perjuangan bukan hanya sebatas "harta, tahta dan kakanda" saja. Melainkan dialektika tanpa batas yang dijaga kesucian pikiran dan rasa dengan peran sentra Hmi wati. 



Penulis: Elfina Naibaho( Kader HMI komisariat Pertanian Unja)

Posting Komentar

0 Komentar